KEUTAMAAN SHOLAT TAROWIH
Pahala ibadah puasa tidak ada satu orang makhluk Allah pun yang mengetahuinya. Hanya Allah SWT yang akan memberikan pahala puasa orang itu.
Seperti dalam riwayat Al-Muslim:
“Semua amal anak Adam dilipat gandakan pahalanya, setiap kebaikan 10 kali lipat, hingga 700 kali, kecuali puasa Akulah (ALLOH) yang membalasnya, sebab ia meninggalkan syahwat dan makan minumnya hanya karena Aku, dan baginya ada dua kegembiraan pertama ketika berbuka dan kedua ketika berjumpa Tuhannya. Sungguh bau mulutnya, bagi Allah melebihi harumnya kasturi”
Bila mana bulan Romandhon telah tiba, kita sebagai orang muslim mempunyai banyak kegiatan-kegiatan amal ibadah yang semestinya harus kita kerjakan selain kita melaksanakan kewajiban puasa sebulan lamanya.
Diatara sekian banyak amal-amalan yang kita harus dikerjakan seperti tadarus (baca al-Qur'an),shadaqah,dan lain sebagainya, bahkan ada spesial amal yang harus dikerjakan pada bulan ramadhan yaitu shalat tarawih, selain bulan tersebut kita tidak boleh melaksanakannya, itu menandakan istimewanya bulan Romadhon.
Sholat Tarawih merupakan salah satu amal ibadah yang Allah syari’atkan bagi para hamba-Nya di bulan suci Romadhon. Dan hukum sholat Tarawih adalah SUNNAH sebagaimana yang disepakati oleh para ulama.
Imam An-Nawawi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud dengan qiyamu Ramadhan adalah sholat Tarawih, dan para ulama telah bersepakat bahwa sholat Tarawih itu hukumnya mustahab (sunnah/dianjurkan).” (Lihat Syarh Shohih Muslim VI/282, Dan kitab Al-Majmu’ III/526).
Subhanallah.....
Di bulan Ramadhan ini banyak ibadah yang dapat kita lakukan. Salah satunya sholat Tarawih. Sholat sunah yang hanya ada dimalam Ramadhan ini ternyata sangat besar hikmah dan manfaatnya.
Dibawah ini adalah Hadits tentang keutamaan Sholat Tarawih yang ke shohihannya banyak di ragukan
Ada yang mengatakan ini hadist maudhuf (palsu) dan ada yang mengatakan hadist Dho'if (lemah)
Namun tidak ada salahnya kami tuliskan sebagai rujukan sebagai penyemangat dalam kita menjalankan ibadah Sholat Tarawih.
Seperti sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan Saidina Ali bin Abi Tholib ra. yang tertuang dalam kitab Durrotun Nashihin Hal : 18 – 19, keutamaan sholat Tarawih dari malam 1 hingga 30 adalah
Malam ke 01 :
Siapa yang shalat Tarawih pada malam pertama dihapus dosa seorang Mu’min seperti ketika ia di lahirkan.
Malam ke 02 :
Shalat Tarawih pada malam kedua di ampuni dosa dirinya dan kedua orang tuanya, jika keduanya Mu’min.
Malam ke 03 :
Malaikat berseru dari ‘Arsy ” Telah diangkat amal dan dosanya yang telah lalu dan di ampuni oleh Allah SWT.
Malam ke 04 :
Baginya mendapat pahala, seperti pahala membaca Kitab Taurat, Zabur, Injil dan Al Qur-an.
Malam ke 05 :
Allah SWT memberinya pahala seperti pahala Sholat di Masjidil Haram, Masjid Madinah dan Masjid Aqsho.
Malam ke 06 :
Allah SWT memberinya pahala Thawaf di Baitul Makmur dan di mintakan ampun baginya oleh setiap batu.
Malam ke 07 :
Seumpama pahala yang di peroleh nabi Musa A.S dan penolong dari kejahatan Fir’aun dan Hamman.
Malam ke 08 :
Allah SWT memberikannya pahala seperti pahala apa yang diberikan kepada Nabi Ibrahim AS.
Malam ke 09 :
Seumpama pahala Ibadah nabi Muhammad SAW.
Malam ke 10 :
Allah SWT memberinya Rizki dan kebaikan di dunia dan akhirat.
Malam ke 11 :
Apabila Ia meninggal dunia, seperti dilahirkan dari Ibunya.
Malam ke 12 :
Ia datang pada hari kiamat kelak dengan wajah berseri-seri seperti bulan purnama.
Malam ke 13 :
Ia datang pada hari kiamat, selamat dari kejahatan (kejelekan).
Malam ke 14 :
Malaikat pada menyaksikan bahwa sesungguhnya orang tersebut telah Sholat Tarawih maka pada hari kiamat kelak Allah SWT tidak akan menghisabnya.
Malam ke 15 :
Para malaikat bersholawat kepadanya dan menjaga di ‘Arsy dan kursi.
Malam ke 16 :
Allah SWT mencatat baginya akan di bebaskan dari api neraka dan masuk surga.
Malam ke 17 :
Diberikannya pahala seperti pahala para Nabi.
Malam ke 18 :
Satu Malaikat berseru : ” Hai Hamba Allah bahwasanya Allah SWT telah meridhoi kamu dan ke dua orang tuamu.
Malam ke 19 :
Allah SWT akan mengangkat ke surga firdaus.
Malam ke 20 :
Allah SWT memberikan pahala para Syuhada dan orang-orang Sholeh.
Malam ke 21 :
Allah SWT membuatkan baginya sebuah istana di surga dari cahaya.
Malam ke 22 :
Pada hari kiamat nanti, selamat dari kesulitan dan kesusahan.
Malam ke 23 :
Allah SWT membangunkan baginya sebuah kota di surga.
Malam ke 24 :
Dua puluh empat (24) permintaanya di kabulkan oleh Allah SWT.
Malam ke 25 :
Allah SWT mengangkatnya dari siksaan kubur.
Malam ke 26 :
Allah SWT mengangkatnya baginya pahala empat puluh tahun (40 thn).
Malam ke 27 :
Ia akan melewati jembatan Shirotul Mustaqim pada hari kiamat kelak seperti kilat menyambar.
Malam ke 28 :
Allah SWT mengangkat baginya seribu (1000) derajat di surga.
Malam ke 29 :
Allah SWT memberikan pahala seribu (1000) haji yang makbul.
Malam ke 30 :
Allah SWT berfirman : Hai Hambaku, makanlah buah-buahan di dalam surga dan mandilah engkau dengan air Salsabil dan minumlah dari telaga kautsar, Aku Tuhanmu dan engkau hamba-Ku.
Keterangan ini memang dho'if , tapi walaupun dho'if , kita bisa mengamalkannya karena ada sebahagian ulama yang memberi keringanan mengamalkan hadist tersebut dalam fadilah amal asalkan memenuhi syarat-syaratnya sebagai berikut ini:
1. Dho’if-nya tidak terlalu dho’if.
2. Hadits dho’if tersebut memiliki ashlun (hadits pokok) dari hadits shahih, artinya ia berada di bawah kandungan hadits shahih.
3. Tidak boleh diyakini bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya.
Dari sini, berarti jika haditsnya sangat dhoif (seperti haditsnya diriwayatkan oleh seorang pendusta), maka tidak boleh diriwayatkan selamanya kecuali jika ingin dijelaskan kedhoifannya. Jika hadits tersebut tidak memiliki pendukung yang kuat dari hadits shahih, maka hadits tersebut juga tidak boleh diriwayatkan.
Misalnya hadits yang memiliki pendukung dari hadits yang shahih: Kita meriwayatkan hadits tentang keutamaan shalat Jama’ah, namun haditsnya dhoif. Maka tidak mengapa menyebut hadits tersebut untuk memotivasi yang lain dalam shalat jama’ah karena saat itu tidak ada bahaya meriwayatkannya. Karena jika hadits tersebut dho’if, maka ia sudah memiliki penguat dari hadits shahih. Hanya saja hadits dho’if tersebut sebagai motivator. Namun yang jadi pegangan sebenarnya adalah hadits shahih.
Akan tetapi ada syarat ketiga yang mesti diingat, yaitu hendaklah tidak diyakini bahwa hadits dhoif tersebut berasal dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Syarat ketiga ini yang seringkali tidak diperhatikan. Karena kebanyakan orang menyangka bahwa hadits-hadits tersebut adalah hadits shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena tidak ditegaskan kalau hadits itu dho’if. Akibatnya timbul anggapan keliru.
Dalam syarat ketiga ini para ulama memberi aturan, hadits dho’if tersebut hendaknya dikatakan “qiila” (dikatakan) atau “yurwa” (ada yang meriwayatkan), tanpa kata tegas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Itulah yang dapat saya sampaikan tentang keutamaan shalat tarawih dari malam kesatu sampai terakhir semoga kita termotifasi dalam beramal dengan adanya kajian ini.
Keutamaan Shalat Tarawih
Demikian tentang keutamaan sholat Tarawih Dari malam pertama hingga malam ketiga puluh (terakhir) dari bulan Romandhon. Berdasarkan Hadits yang masih diragukan keshohihannya.
Maka pada kesempatan ini kami pun akan menyebutkan keutamaan sholat Tarawih berdasarkan hadits-hadits yang SHOHIH dari Nabi shallallahu alaihi wasallam.
Keutamaan Pertama:
Allah Ta’ala akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu bagi siapa saja yang melakukan sholat Tarawih dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahala dan ridho Allah semata. Bukan karena riya’ dan sum’ah (ingin dilihat dan didengar amal kebaikannya oleh orang lain).
Hal ini berdasarkan hadits SHOHIH berikut ini:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلّى الله عليه وسلّم : « مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ »
Dari Abu Hurairah rodhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa melakukan qiyam Ramadhan (yakni sholat malam pada bulan Romadhon) karena iman dan mengharap pahala dan ridho Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. al-Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759).
Imam Nawawi rahimahullah berkata: “Yang dimaksud qiyam Ramadhan adalah sholat Tarawih.”
Ibnul Mundzir rahimahullah menerangkan berdasarkan nash (tekstual) hadits ini bahwa yang dimaksud “pengampunan terhadap dosa-dosa yang telah lalu dalam hadits ini adalah bisa mencakup dosa besar dan dosa kecil.
Sedangkan imam An Nawawi mengatakan bahwa yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah khusus untuk dosa-dosa kecil saja. Karena dosa-dosa besar tidaklah diampuni dengan sebab melakukan amal-amal Sholih, akan tetapi hanya dengan melakukan taubah Nasuha, yakni taubah yang sempurna.
Keutamaan Kedua:
Barangsiapa melaksanakan sholat Tarawih berjamaah bersama imam hingga selesai, maka akan dicatat baginya pahala seperti orang yang melakukan qiyamul lail semalam penuh.
Hal ini berdasarkan Hadits Shohih berikut ini:
Dari Abu Dzar rdhiyallahu anhu, bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu beliau bersabda:
إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةً
“Sesungguhnya barangsiapa yang shalat (Tarawih) bersama imam sampai ia selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyamul lail satu malam penuh.” (HR. An-Nasai no.1605, At-Tirmidzi no.806, Ibnu Majah no.1327, dan selainnya. Dan hadits ini dinyatakan SHOHIH oleh At-Tirmidzi dan Syaikh al-Albani dalam Irwa’ Al-Gholil no. 447).
Demikian keutamaan sholat Tarawih berdasarkan hadits-hadits Shohih dari Nabi shallallahu alaihi wasallam. Semoga Allah Ta’ala memberikan Taufiq dan pertolongan-Nya kepada kita semua untuk dapat istiqomah dalam melaksanakan sholat Tarawih dan ibadah lainnya di bulan Romadhon dan di bulan-bulan setelahnya. Amiin.
#Gus Wahyudin.
Olah raga, Beladiri, Pencak Silat, Purwokerto, Banyumas, Ayahe, Kyai Achmad Arief
Sabtu, 04 Juli 2015
Kamis, 02 Juli 2015
6 Hal yg membatalkan Amal_Kajian rutin di Joglo Ayahe_14 Romadli 1436
Kamis, 14 romadlon 1436
Kajian rutin Kamis di joglo Ayahe
6 (enam) Yang Membatalkan/Menggugurkan Amal
ستة أشياء تحبط الأعمال: الاشتغال بعيوب الخلق، وقسوة القلب، وحب الدنيا، وقلة الحياء، وطول الأمل، وظالم لا ينتهي ( رواه عدي بن حاتم الطائي ، نقله الألباني في السلسلة الضعيفة وحكم عنه بأنه : موضوع)
“Ada 6 perkara yang bisa menggugurkan amalan; sibuk mencari aib manusia, kerasnya hati, cinta dunia, sedikit malu, panjang angan-angan, dan kezaliman yang tiada habisnya… “
DALAM kehidupan, tidak jarang kita melakukan kesalahan dan kekhilafan. Namun sadarkah bahwa dosa-dosa yang dilakukan ada beberapa yang dapat menghapus amal-amal kebaikan yang telah kita perbuat. Tentunya hal ini akan sangat merugikan, bahkan dapat menyebabkan kita tergolong pada orang yang ‘bangkrut’ di akhirat kelak. Berikut enam perkara yang dapat menghapus amal-amal baik:
1. Al istighlal bi’uyubil kholqi (sibuk dengan aib orang lain) sehingga lupa pada aib sendiri. Pepatah mengatakan “Kuman diseberang lautan tampak, sedangkan gajah dipelupuk mata tidak tampak.” Mengkritik dan membicarakan keburukan orang lain memang mengasyikan, namun dampaknya akan merugikan kita sendiri. Rasulullah Saw bersabda “jauhilah olehmu buruk sangka karena buruk sangka itu perkataan paling dusta, janganlah kamu memata-matai dan mencari-cari kesalahan orang lain…” (HR. Mutaffaq’alaih dan Imam Malik)
2. Qaswatul qulub (hati yang keras) kerasnya hati terkadang lebih keras dari batu karang. Sulit menerima nasehat.
3. Hubbun dunya (cinta mati terhadap dunia). Merasa hidupnya hanya di dunia saja, sehingga segala aktifitasnya tertuju pada kenikmatan dunia dan lupa akan kehidupan akhirat.
4. Qillatul haya’ (sedikit rasa malunya), jika seseorang telah kehilangan rasa malu maka akan melakukan apa saja tanpa takut dosa. Rasulullah saw sendiri telah memberikan keleluasaan dan kebebasan kepada siapa saja yang tidak memiliki rasa malu untuk berbuat sesuka hatinya.
5. Thulul amal (panjang angan- angan), merasa hidupnya masih lama di dunia ini sehingga enggan untuk taubat.
6. Dhulmun la yantahi (kezhaliman yang tak pernah berhenti) perbuatan maksiat itu biasanya membuat kecanduan bagi pelakunya jika tidak segera taubat dan berhenti maka sulit untuk meninggalkan kemaksiatan tersebut. Maksiat itu ibarat candu, nikmat namun sesungguhnya kenikmatan itu justru akan mencelakakan pelakunya. Tidak hanya mendapatkan balasan di dunia, pelaku maksiat juga akan mendapatkan azab dari Allah swt di akhirat kelak.
#Kyai Achmad Tauhid Al Musthofa.
Langganan:
Postingan (Atom)